Kamis, 24 Juli 2014

Semangkuk Mie


     Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
     Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakkan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
     Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"  , "Ya tetapi aku tidak membawa uang." jawab Ana dengan malu-malu.
     "Tidak apa-apa, aku mentraktirmu" jawab sipemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu."
      Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudain air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?" tanya sipemilk kedai. "Tidak apa-apa, aku hanya terharu" jawab Ana sambil mengeringkan air mata.
     "Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi! Tetapi.. ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tapi begitu peduli denganku dibanding dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai.
     Pemilik kedai itu setelah mendangar perkataan Ana, menarik nafas panjang lalu berkata: " Nona, kenapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterimakasih padanya? Dan kau malah bertengkar dengannya."
     Ana terhenyak mendengar hal tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku padanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya."
     Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang kerumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. 
     Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dngan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah, ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang."
     Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukkan ibunya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
     Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. 


Selamat membaca...
Semoga bermanfaat...
Terimakasih...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar