Kamis, 31 Juli 2014

Tradisi Telinga Panjang


     Tradisi memanjangkan cuping telinga menjadi salah satu keunikan budaya di Kalimantan. Meski sebenarnya tidak semua suku melakukannya, tapi budaya ini sudah terlanjur melekat dengan masyarakat dayak secara umum. Namun sayangnya dari waktu ke waktu, tradisi ini semakin menghilang, dan saat ini hanya tinggal sedikit orang Dayak yang masih memiliki cuping telinga panjang, itu pun umumnya geneasi tua.
     Salah satunya di Kampung Bena Baru yang dihuni sekitar 700 jiwa penduduk. Kampung Bena Baru adalah salah satu kampung pedalaman suku Dayak Kenyah yang berada di Sungai Kelay, Kecamatan Sambaliung. Kehidupan masyarakat di tempat ini masih berjalan berdampingan dengan taradisi kultur lokal, lengkap dengan upacara adat dan tari-tarian khasnya. Sebagian peralatan kerja dan rumah tangga merupakan hasil buatan tangan sendiri. Tapi bukan berarti penduduk kampung ini merasa asing terhadap perkembangan teknologi seperti televisi, telepon seluler, dan alat-alat elektronik lainnya. Kampung yang dibuka pada tahun 1980-an ini memiliki sekitar 20 orang nenek yang memiliki telinga cuping panjang.
     Daun telinga cuping panjang tidak hanya diperuntukkan bagi wanita, tetapi juga untuk laki-laki. Proses pemanjangan cuping telinga mulai dilakukan sejak bayi. Hal ini umumnya dikaitkan dengan tingkat sosial seseorang dalam masyarakat Dayak. Bagi suku Dayak Kayan, misalnya telinga cuping panjang menunjukkan kalau orang tersebut berasal dari kalangan bangsawan. Sementara bagi perempuan, telinga cuping panjang menunjukkan apakah dia seorang bangsawan atau budak karena kalah perang atau tidak mampu membayar utang.
     Di kalangan masyarakat Dayak Kayan, pemanjangan cuping daun telinga ini biasanya menggunakan pemberat berupa logam berbentuk lingkaran gelang atau berbentuk gasing ukuran kecil. Dengan pemberat ini daun telinga akan terus memanjang hingga beberapa sentimeter.
     Di desa-desa yang berada di hulu Sungai Mahakam, telinga cuping panjang digunakan sebagai identitas yang menunjukkan umur seseorang. Begitu bayi lahir, ujung telinganya diberi manik-manik yang cukup berat. Jumlah manik-manik yang menempel di telinganya akan bertambah satu untuk setiap tahun.
     Tetapi ada juga anggapan yang mengatakan kalau tujuan pembuatan telinga panjang bukanlah untuk menunjukkan status kebangsawanan, tetapi justru untuk melatih kesabaran. Jika dipakai setiap hari, kesabaran dan kesanggupan menahan derita semakin kuat.      
     Sementara bagi suku Dayak Kenyah, antara laki-laki dan perempuan memiliki aturan panjang cuping telinga yang berbeda. kaum laki-laki tidak boleh memanjangkan cuping telinganya sampai melebihi bahunya, sedangkan perempuan boleh memanjangkan hingga sebatas dada. Proses memanjangkan cuping daun telinga ini diawali dengan penindikkan daun telinga sejak masih berumur satu tahun. Setiap tahun, satu buah anting atau subang perak digantungkan di telinga mereka. Gaya anting atau subang perak yang digunakan pun berbeda-beda, yang akan menunjukkan perbedaan status dan jenis kelamin. Gaya anting kaum bangsawan tidak boleh, dipakai oleh orang-orang biasa.

Sumber : www.indonesiakaya.com

Selamat membaca...
Semoga bermanfaat...
Terimakasih...


Rabu, 30 Juli 2014

Asinan bogor


     Yummy itulah yang dapat dikatakan ketika melihat dan menyantap asinan bogor ini. Penampakkan asinan ini seperti rujak gobet. Asinan bogor ada 3 macam yaitu asinan buah, asinan sayur dan asinan dengan campuran buah dan sayur.
     Asinan bogor berisi kol, sawi asin, pepaya setengah matang, nanas, bengkuang, wortel, tauge, dengan kuah cuka yang berwarna orange dengan rasa yang asam-asam manis yang sudah di campur dengan cabai.. Dan terdapat taburan kacang serta pelengkap lainnya yaitu kerupuk.
     Jadi kalau mampir di Kota Hujan jangan sampai kelupaan untuk membelinya. Yang paling populer adalah asinan Ny. Yenny, Asinan sedap gedung dalam, dan Asinan dewi sri. Untuk yang di Malang kita bisa menmbelinya di Lai Lai.

Selamat berburu...
Semoga bermanfaat...
Terimakasih...

Jumat, 25 Juli 2014

Si Manis Lemet Singkong


     Semakin majunya perkembangan jaman, makanan modern pun semakin menguasai pasaran. Tetapi jajanan tradisional Indonesia tidak kalah enak dan bergizi. Salah satunya adalah lemet singkong atau utri.
     Lemet ini terbuat dari singkong yang diparut dan dicampur parutan kelapa, dan campur dengan serutan gula jawa dan sedikit gula pasir untuk pemanis, serta ditambahkan daun pandan dan vanili. Setelah itu dibungkus daun pisang lalu dikukus selama 1/2 jam.
     Ada orang yang lemetnya setelah dikukus lalu di bakar, ada juga yang dimakan dengan dicocol kelapa parut, ada pula yang di tambah dengan nangka. Kalau aku lebih suka setelah dikukus langsung di masukkan  ke perut ^_^.
     Walaupun cara menyajikan berbeda-beda tetapi lemet ini tetap enak untuk dinikmati, sayangnya sekarang ini sudah jarang sekali penjual yang menjajakan jajanan ini.

Semoga bermanfaat..
Terimakasih...

Kamis, 24 Juli 2014

Semangkuk Mie


     Pada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak membawa uang.
     Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakkan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tidak mempunyai uang.
     Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata: "Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?"  , "Ya tetapi aku tidak membawa uang." jawab Ana dengan malu-malu.
     "Tidak apa-apa, aku mentraktirmu" jawab sipemilik kedai. "Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu."
      Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudain air matanya mulai berlinang. "Ada apa nona?" tanya sipemilk kedai. "Tidak apa-apa, aku hanya terharu" jawab Ana sambil mengeringkan air mata.
     "Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi! Tetapi.. ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi. Kau, seorang yang baru kukenal, tapi begitu peduli denganku dibanding dengan ibu kandungku sendiri" katanya kepada pemilik kedai.
     Pemilik kedai itu setelah mendangar perkataan Ana, menarik nafas panjang lalu berkata: " Nona, kenapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterimakasih padanya? Dan kau malah bertengkar dengannya."
     Ana terhenyak mendengar hal tersebut. "Mengapa aku tidak berpikir tentang hal itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku berterima kasih. Tetapi kepada ibuku yang memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku padanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya."
     Ana segera menghabiskan bakminya, lalu ia menguatkan dirinya untuk segera pulang kerumahnya. Saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yang harus diucapkan kepada ibunya. 
     Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya berwajah letih dan cemas. Ketika bertemu dngan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah "Ana, kau sudah pulang. Cepat masuklah, ibu telah menyiapkan makan malam. Makanlah dahulu sebelum kau tidur. Makanan akan dingin jika kau tidak memakannya sekarang."
     Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya. Ia pun menangis di pelukkan ibunya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
     Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kepada orang lain di sekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kepada orang yang sangat dekat dengan kita, khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita. 


Selamat membaca...
Semoga bermanfaat...
Terimakasih...

Rabu, 23 Juli 2014

Genitu, Kenitu, Sawo Hijau

    Entah aku katrok, ketinggalan jaman atau bagaimana, entahlah.. Aku baru menemukan buah yang enak, dan ini pertama kalinya aku makan. Yups buah itu adalah kenitu atau genitu. 


   
     Kenitu ini memiliki berbagai julukan diantaranya sawo hijau untuk daerah Jawa, sawo hejo daerah Sunda, Sawo Kadu daerah banten sedangkan nama kenitu atau kecau berasal dari daerah Jatim.
     Buah ini termasuk buah musiman , biasanya menjelang dan sesudah bulan puasa atau bulan ramadan. Daerah yang biasa banyak menjual adalah Probolinggo, Lumajang, Jember.
       Buah kenitu ini berwarna hijau kulitnya, sedangkan daging buahnya berwarna putih dengan biji berwarna hitam. Rasanya cukup manis dan terasa kenyal. Biasanya buah ini dijual perikat dengan harga yang berkisar antara 6000 hingga 10.000.
      Buah kenitu memiliki berbagai macam manfaat karena buah kenitu memiliki vit C, vit E, beta karoten, serta mengandung antioksidan yang tinggi.
     Selain buahnya, daunnya pun memiliki khasiat untuk menyembuhkan daibetes dan rematik. Pohonnya selain menjadi peneduh juga dapat digunakan sebagai tanaman hias. Kayunya juga bagus untuk bahan bangunan.

Selamat Membaca...
Semoga Bermanfaat...
Terimakasih...